Posted by : ZiaMuhammad Kamis, 13 Desember 2012

Firman Allah : Sehingga tatkala ia sampai ditempat terbenam matahari, ia mendapatinya terbenam di air yang hitam (QS AL-Kahfi (18) :86)
Dewasa ini, banyak orang kafir bodoh yang dengan kebodohannya itu mencoba mengelabuhi orang-orang Islam awam dengan menyanggah ayat diatas sebagai pernyataan yang tidak masuk akal maupun irrasional, sebab kata mereka bagaimana mungkin disebut matahari bisa tenggelam kedalam air, bukankah dia terbit ditimur dan tenggelam dibarat ? dan karenanya ayat al-Qur’an itu menunjukkan kebodohan serta kepalsuannya. Tetapi sebenarnya, seperti yang saya katakan diawalnya, itu hanyalah ucapan orang-orang yang bodoh yang tidak perlu didengarkan, ibarat setan teriak setan.

Terjadinya siang dan malam telah menyebabkan adanya perbedaan waktu di permukaan Bumi kita ini. Dengan adanya pergerakan bumi dari utara keselatan dalam garis ekliptiknya maka terjadi juga pergantian siang dan malam sehingga matahari terlihat seolah terbit ditimur dan terbenam dibarat, padahal matahari tidak pernah terbit maupun terbenam.
Manusia membuat persepsi yang demikian disesuaikan dengan cara pandang yang mereka hadapi dan bukan berdasar kenyataan yang sebenarnya. Oleh karena itu pula dibeberapa tempat dalam al-Qur’an, ayat-ayatnya juga ditulis atau diwahyukan oleh Allah dengan mengikuti persepsi dan pandangan mata manusia. Misalnya disebutkan bila bumi ini bagai hamparan (Surah An-Naazi’aat ayat 30, Al-Ghasyiyah ayat 20) atau kemudian dalam kisah Dzulkarnain pada Surah Al-Kahfi ayat 86 dinyatakan matahari terbenam diair yang hitam).
Ilustrasi cerita Dzulkarnain dalam al-Qur\'an
Firman Allah : Sehingga tatkala ia sampai ditempat terbenam matahari, ia mendapatinya terbenam di air yang hitam (QS AL-Kahfi (18) :86)
Prof. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir al-Qur’anul Madjied “An-Nur” Djuz XVI penerbit Bulan Bintang Djakarta, Cetakan pertama 1964 pada halaman 12 dan 13 menulis :
Maka Dzulkarnain bermaksud pergi ketempat terbenam matahari lalu iapun menjalani jalan yang menyampaikannya ketempat matahari terbenam. Hingga apabila ia telah sampai kebatas pantai dari jurusan matahari terbenam, dan berhenti dipantai laut Atlantik, diapun melihat matahari seolah-olah terbenam kedalam laut itu.
Berkata al-Fachrurrazy dalam tafsirnya : Bumi ini adalah bersifat bola, sedang matahari bereda dalam falaknya (lintasannya). Sudah nyata diketahui bahwa tidak ada sesuatu kaum yang duduk dekat matahari. Demikian pula sudah nyata diketahui bahwa matahari itu jauh lebih besar dari bumi ini. Maka bagaimana bisa kita pahami bahwa matahari itu masuk kedalam air dibumi. Oleh karenanya perlulah kita takwilkan firman Allah ini dengan : setelah Dzulkarnain sampai kebatas benua Afrika sebelah utara, dia melihat matahari seolah terbenam kedalam air, sedang air itu berwarna gelap, walaupun sebenarnya tidaklah demikian. Bukankah orang yang berlayar dilaut melihat matahari terbenam kedalam laut ? Inilah takwil yang diterangkan oleh Abu ‘Aly al-Djubba’y dalam tafsirnya.
Mengenai identitas Dzulkarnain sendiri sebagaimana oleh H. Subhan Nurdin dalam bukunya ” Benarkah Isa & Dajal akan turun ? ” terbitan QultumMedia cetakan pertama 2006 halaman 179 :
Menurut versi barat, Dzulkarnain adalah Iskandar bin Philips al-Maqduny al-yunany ( orang Macedonia, Yunani ). Membangun Iskandariah. Ia juga murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi puterinya. Mengadakan berbagai ekspansi ke India dan menaklukkan Mesir.
Menurut Asy-Syaukani, pendapat diatas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan bahwa Dzulkarnain adalah orang yang kafir, sementara al-Qur’an menyebutkan dzulkarnain orang yang mendapatkan petunjuk.
Menurut sejarawan Muslim, Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari daulah al-Jumairiyah ( 115 SM – 552 SM ). Kerajaannya disebut at-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (pemilik 2 tanduk) karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari dibarat sampai Timur.
Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shaleh.
Saya pribadi berpegang pada pendapat yang terakhir, bahwa Dzulkarnain bukanlah Iskandar yang Agung atau Alexander The Great yang namanya masuk dalam jajaran 100 tokoh terkemuka Michael H Hart,. Sebab Alexander The Great bukan seorang Muslim, tingkah lakunya barbar dan sama sekali tidak mencerminkan orang yang dekat kepada Tuhan.; Malah lebih jauh saya berasumsi bahwa Dzulkarnain adalah salah satu tokoh Rasul Allah yang diberi kekuasaan sebagaimana Daud dan Sulaiman.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © _Cangkrukan Ilmu_ - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -