Posted by : ZiaMuhammad
Minggu, 29 Oktober 2017
A. Definisi Taukid
Taukid secara etimologi berasal dari kata اكد-يأكد
yang artinya adalah menguatkan, mengokohkan.[1] Asal kata taukid adalah dari bentuk dari fi’il وكّد, dikatakan وكّد- توكيدا, pengucapan dengan huruf
wawu lebih banyak diucapkan jika dibandingkan dengan huruf alif اكد- تأكيدا. Dikarenakan pengucapan dengan huruf wawu itulah yang
merupakan bentuk asalnya.[2]
Sedangkan
menurut istilah, taukid adalah penetapan makna dalam diri makna yang dimaksud,
dan juga menguatkannya, menghilangkan
keraguan serta menghilangkan kesyubhatan yang terdapat pada kalam.[3]
B. Macam-macam
Taukid
Macam dari taukid ada dua, yakni taukid
pengulangan, dan taukid dengan
menggnakan instrumen atau alat. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
1.
Taukid Pengulangan
Terbagi
menjadi 3 macam:[4]
a.
Pengulangan Lafadz[5]
È@ÎdgyJsù tûïÍÏÿ»s3ø9$# öNßgù=ÎgøBr& #J÷urâ ÇÊÐÈ
Artinya: karena itu beri tangguhlah
orang-orang kafir itu Yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (QS.
Al-Thaariq: 17).
b.
Pengulangan Makna[6]
`yJsù ÏÌã ª!$# br& ¼çmtÏôgt ÷yuô³o ¼çnuô|¹ ÉO»n=óM~Ï9 ( `tBur ÷Ìã br& ¼ã&©#ÅÒã ö@yèøgs ¼çnuô|¹ $¸)Íh|Ê %[`tym $yJ¯Rr'2 ߨè¢Át Îû Ïä!$yJ¡¡9$# 4 Ï9ºx2 ã@yèøgs ª!$# }§ô_Íh9$# n?tã úïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã ÇÊËÎÈ
Artinya: Barangsiapa yang Allah menghendaki
akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk
(memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya[503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-An’am:
125).
c.
Pengulangan Lafadz dan Makna secara Bersamaan[7]
xx. ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ §NèO xx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ
Artinya:
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
(QS. Al-Takatsur: 3-4).
Adapun
pembagian Taukid dari segi yang melekat padanya antara lain:[8]
a.
Taukid dalam Bentuk Maf’ul Muthlaq
Wxßâur ôs% öNßg»oYóÁ|Ás% øn=tã `ÏB ã@ö6s% Wxßâur öN©9 öNßgóÁÝÁø)tR øn=tã 4 zN¯=x.ur ª!$# 4ÓyqãB $VJÎ=ò6s? ÇÊÏÍÈ
Artinya: dan (kami telah mengutus)
Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu,
dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah
telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
(QS. Al-Nisa’: 164).
b.
Taukid dalam Bentuk Hal
ãN»n=¡¡9$#ur ¥n?tã tPöqt N$Î!ãr tPöqtur ÝVqãBr& tPöqtur ß]yèö/é& $|ym ÇÌÌÈ
Artinya: dan
Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam: 33).
c.
Taukid dalam Bentuk Sifat
#sÎ*sù yÏÿçR Îû ÍqÁ9$# ×pyøÿtR ×oyÏnºur ÇÊÌÈ
Artinya: Maka apabila sangkakala ditiup
sekali tiup. (QS. Al-Haaqqah: 13).
d.
Taukid dalam Bentuk Ma’tuf
(#qÝàÏÿ»ym n?tã ÏNºuqn=¢Á9$# Ío4qn=¢Á9$#ur 4sÜóâqø9$# (#qãBqè%ur ¬! tûüÏFÏY»s% ÇËÌÑÈ
Artinya: peliharalah semua shalat(mu), dan
(peliharalah) shalat wusthaa[152]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu)
dengan khusyu'. (QS. al-Baqarah: 238).
e.
Taukid dalam Bentuk Badal
yyf|¡sù èps3Í´¯»n=yJø9$# öNßg=à2 tbqãèuHødr& ÇÌÉÈ
Artinya: Maka bersujudlah Para Malaikat itu
semuanya bersama-sama, (QS. al-Hijr:
30)
2.
Taukid dengan Menggnakan Instrumen atau alat
Terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:[9]
a.
Menggunakan Intrumen atau Alat yang Khusus dengan Isim Taukid.
Adapun beberapa alat yang bisa dignakan antara lain adalah Inna,
Anna,Lakin/Lakinna,Ka anna,Dlomir Munfashil, Amma, Ala (Istifhamiyyah),Lam
Ibtida’, al-Ba’ (Harf Jar). Namun, akan dipaparkan satu contoh saja yaitu
dari Dlamir Munfashil:
$uZù=è%ur ãPy$t«¯»t ô`ä3ó$# |MRr& y7ã_÷ryur sp¨Ypgø:$# xä.ur $yg÷ZÏB #´xîu ß]øym $yJçFø¤Ï© wur $t/tø)s? ÍnÉ»yd notyf¤±9$# $tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÌÎÈ
Artinya: dan
Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang
yang zalim. (QS. Al-Baqarah: 35).
b.
Taukid masuk pada Jumlah fi’liyah
Terdiri
dari Lam Juhud, Qad, Nun Taukid, Sin dan Saufa, lan, kada. Adapun
contohnya pemakalah hanya mengutipkan salah satunya saja yaitu lan.
Í?ä3sù Î1uõ°$#ur Ìhs%ur $YZøtã ( $¨BÎ*sù ¨ûÉïts? z`ÏB Î|³u;ø9$# #Ytnr& þÍ<qà)sù ÎoTÎ) ßNöxtR Ç`»uH÷q§=Ï9 $YBöq|¹ ô`n=sù zNÏk=2é& uQöquø9$# $|Å¡SÎ) ÇËÏÈ
Artinya: Maka
makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia,
Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan
yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada
hari ini". (QS. Maryam: 26).
c.
Menggunakan Intrumen atau Alat yang melekat pada Isim dan Fi’il.
Adapun
beberapa instrumen itu antara lain: Illa, innama, Bal (‘Athaf), Lam qosam.
Adapun contohnya pemakalah hanya akan menampilkan salah satu saja yaitu Illa.
ö@yd âä!#ty_ Ç`»|¡ômM}$# wÎ) ß`»|¡ômM}$# ÇÏÉÈ
Artinya: tidak ada Balasan kebaikan kecuali
kebaikan (pula). (QS. al-Rahman: 60).
1.
Penegasan atau penguatan.
Nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat
disbanding ta’kid karena takrir mengulang kata yang sama maka makna yang
dimaksud akan lebih jelas. Berbeda dengan taukid
yang lebih menggunakan huruf atau perngkat yang menegaskan makna yang
terkandung, seperti contoh Q.S al-Imron: 42, sebagai berikut:
وَإِذْ
قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاء الْعَالَمِينَ
Artinya: dan ingatlah
ketika malaikat jibril berkata “ hai
maryam sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita didunia yang semasa dengan kamu.
Kedua lafad yang tercetak tebal sama menggunakan lafald isthofaki
diualang dua kali dengan tujuan agar keistimewwaan yang ada pada Maryam
semakin jelas dan sebagai bukti atas kesucin yang dia miliki.
2.
Memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan.
Hal ini mengimplikasikan kata-kata tersebut dapat dipahami dan diterima. Misalnya lafad ya
qoumi (hai kaumku) pada kedua
ayat dan saling berdekatan,
maknanya saling berkaitan. Contoh Q.S Al-Mu’min: 38-39, sebagai berikut:
وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ
اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ
“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku,
ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.”
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah kesenangan (sementara)”....
3.
Menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu
panjang, sehingga jika tidak diulangi maka takutya lupa kata yang berada di awal. Seperti pengulangan kata inna rabbaka (
sesungguhnya Tuhanmu) Q.S An-Nahl: 110.
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُواْ مِن بَعْدِ مَا
فُتِنُواْ ثُمَّ جَاهَدُواْ وَصَبَرُواْ إِنَّ
رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ
رَّحِيمٌ
“Dan sesungguhnya
Tuhanmu (pelindung) bagi
orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad
dan sabar; sesungguhnya
Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
4.
Menggambarkan agungnya sebuah perkara atau sebuah mengisahkan jika
betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan, seperti penderitaan paada hari
kiamat pada Q.S al-Haqqah: 1-2
èp©%!$ptø:$# ÇÊÈ $tB èp©%!$ptø:$# ÇËÈ
Artinya: Hari kiamat.. Apakah hari
kiamat itu?
5.
Pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi
seperti yang terdapat dalam ayat at-Takatsur: 3-4.
xx. ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ §NèO xx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ
Artinya: janganlah
begitu kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu dan janganlah begitu
kelak kamu akan mengetahui.
Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang
orang lalai hendaknya dia segera bertaubat karena sejatinya dia tidak akan
mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang dia
tanggung.
D. Urgensi Kajian
Taukid dalam Al-Qur’an
Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa al-Qur’an diturunkan pertama kali kepada penduduk
asli Arab yang telah memiliki corak dan tabiat yang sudah mendarah-daging jauh
sebelum al-Qur’an diturunkan. Maka tak heran, bila dibeberapa hal di dalam
al-Qu’ran kita menjumpai kebiasaan dan tradisi bangsa Arab tersebut, salah
satunya adalah kebiasaan mereka mengulang kata dalam melakukan pembicaraan atau
dalam menyampaikan berita dengan tujuan untuk menguatkan informasi yang
disampaikan dalam pembicaraan tersebut. Sehingga dengan begitu, fungsi taukid
untuk menguatkan kebenaran khabar atau berita salah satu bentuknya
memakai kaidah tikrar.
Meski begitu, adanya kalimat taukid
(penegasan/penguat) dalam al-Qur’an bukanlah sebagai bentuk ikut-ikutan
terhadap tradisi bangsa Arab kala itu, melainkan hanya untuk menguatkan
informasi wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW, apalagi
kondisi jiwa bangsa Arab sebagai penerima wahyu dan kebenaran masih
berbeda-beda. Ada yang memiliki jiwa
yang jernih serta hati yang fitrah sehingga dengan mudah dapat menerima
petunjuk dan kebenaran hanya dalam waktu yang singkat. Namun ada pula yang
memiliki jiwa tertutup oleh kebatilan dan kebodohan sehingga susah menerima
petunjuk dan kebenaran tersebut. Maka orang semacam ini perlu diberikan
peringatan dan kalimat yang keras, sehingga dengan begitu diharapkan mampu
berubah menuju kebaikan. Dengan begitu, kalimat taukid dalam firman
Allah melalui al-Qur’an termasuk salah satu cara memperkuat ungkapan kalimat
yang diiringi dengan bukti nyata, sehingga mereka (oang yang mengingkari
petunjuk) dapat mengakui apa yang semula diingkarinya. Bahkan dengan
menyertakan taukid atau kalimat
penegas tersebut, tidak ada lagi alasan apapun untuk menantang kebenaran yang
disampaikan.
[1] Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus
Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 32.
[2] Muhammad Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an
al-Karim, ( Beirut: Maktabah Libanon, 1995), hlm. 13.
[3] Muhammad Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an
al-Karim, ( Beirut: Maktabah Libanon, 1995), hlm. 13.
[4] Muhammad
Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an al-Karim, ( Beirut:
Maktabah Libanon, 1995), hlm. 25.
[5] Muhammad
Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an al-Karim, ( Beirut:
Maktabah Libanon, 1995), hlm. 21.
[6] Muhammad
Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an al-Karim, ( Beirut:
Maktabah Libanon, 1995), hlm. 22.
[7] Muhammad
Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an al-Karim, ( Beirut:
Maktabah Libanon, 1995), hlm. 23.
[8] Muhammad
Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an al-Karim, ( Beirut:
Maktabah Libanon, 1995), hlm. 79-126.
[9] Muhammad
Husain Abu al-Futuh,Uslub al-Taukid fi al-Qur’an al-Karim, ( Beirut:
Maktabah Libanon, 1995), hlm. 129-188.
[10] Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Az- Zarkasyi. Al
Burhan fi Ulumil Qur’an. (Beirut: Daar al-Fikr).
jayyid min
BalasHapus